Aku pernah berandai-andai. Jika nanti, pelukmu tak bisa kudapatkan kembali, akankah ada pengganti hangatnya pelukmu dari raga yang lainnya?
Waktu pagi itu, sinar matahari menembus kaca ikut menghangati suasana. Malam panjang, melewati pegunungan telah kita lalui, kau mendaratkan bibirmu didahi sepanjang malam menuju pagi. Malam memang gelap, tapi anganku tak ikut redup.
Ada sesuatu yang bergejolak ikut mendobrak jiwaku yang sempat lesu, ternyata engkau menularkan semangat hidupmu yang membara itu kepadaku.
Sosokmu yang tegar, badanmu yang kekar, matamu yang sayu, dan kulitmu yang menguning adalah pemandangan paling indah dalam pagiku saat itu.
Tak ingin beranjak, namun seseorang menunggu kita untuk melepas peluk itu. Secara paksa, ku sudahi semua dengan pergi tanpa sepengetahuanmu.
Bukan aku yang meninggalkanmu, namun aku telah meninggalkan diriku sendiri untukmu.
0 komentar:
Posting Komentar